Makalah Sejarah Indonesia " Peristiwa Yogya Kembali , KII dan KMB" Materi Kelas XI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia
adalah salah satu negara yang dijajah oleh Belanda, Belanda sudah menjajah
Indonesia selama 3,5 abad. Selama itu, Indonesia mengalami kesengsaraan dalam
memenuhi semua kebijakan yang sudah dibuat oleh Belanda. Kedatangan jepang
awalnya disambut baik oleh bangsa Indonesia karena mereka menyatakan bahwa
mereka adalah saudara tua Indonesia dan memberikan semboyan gerakan 3A. Selama
penjajahan Jepang indonesia jauh lebih menderita daripada masa penjajahan Belanda,
hal ini bisa kita ketahui dari adanya romusha yang menyebabkan bangsa Indonesia
sangat menderita.
Bangsa
Indonesia juga sadar bahwa kekuatan senjata bukan satu-satunya jalan untuk
mencapai kemerdekaan. Jalur diplomasi / perundingan adalah jalan lain yang
perlu ditempuh bangsa Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih mencintai kemerdekaan.
Langkah
diplomasi kadang tidak selamanya menguntungkan bangsa Indonesia, demikian
sebaliknya. Maka dalam kajian di bawah ini, akan dibahas bagaimana bangsa kita
berusaha menjalankan politik damai untuk mempertahankan kemerdekaan, namun juga
tidak mengesampingkan dengan kekuatan senjata.
Bangsa
Indonesia tetap terus berusaha untuk menempuh jalan damai, meskipun ada pula
dampak yang tidak menguntungkan bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana setelah disetujuinya
Perjanjian Roem Royen?
2.
Bagaimana proses kembalinya RI dan nasib
pasukan gerilya yang dipimpin Jenderal Sudirman?
3.
Apakah yang disebut dengan Konferensi
Inter Indonesia?
4.
Apa Tujuan dari Konferensi Inter
Indonesia?
5.
Bagaimana tahapan untuk membentuk
Konferensi Inter Indonesia?
6.
Apakah yang di maksud dengan Konferensi
Meja Bundar?
7.
Apakah tujuan dari KMB?
8. Bagaimana
pelaksanaan KMB tersebut?
9.
Bagaimana kelanjutan perjuangan bangsa
Indonesia dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah selesai
KMB?
10. Bagaimana
dampak dari perundingan KMB?
11. Bagaimana
pengakuan kedaulatannya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
bagaimana peristiwa-peristiwa yogya kembali, konferensi inter indonesia dan
konferensi meja bundar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Peristiwa Yogya Kembali
Pasca
disetujuinya Perjanjian Roem Royen pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda
ditarik mundur ke luar Yogyakarta. Setelah itu TNI masuk ke Yogyakarta.
Peristiwa keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta dikenal
dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta
ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
Sejak
awal 1949, ada tiga kelompok pimpinan RI yang ditunggu untuk kembali ke
Yogyakarta. kelompok pertama adalah Kelompok Bangka. Kedua adalah kelompok PDRI
dibawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara. Kelompok ketiga adalah angkatan
perang dibawah pimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Sultan
Hamengkubuwono IX bertindak sebagai wakil Republik Indonesia, karena Keraton
Yogyakarta bebas dari intervensi Belanda, maka mempermudah untuk mengatasi
masalah-masalah yang terkait dengan kembalinya Yogya ke Republik Indonesia.
Kelompok Bangka yang terdiri dari Sukarno, Hatta, dan rombongan kembali ke
Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949, kecuali Mr. Roem yang harus menyelesaikan
urusannya sebagai ketua delegasi di UNCI, masih tetap tinggal di Jakarta.
Rombongan
PDRI mendarat di Maguwo pada 10 Juli 1949. Mereka disambut oleh Sultan
Hamangkubuwono IX, Moh. Hatta, Mr.Roem, Ki Hajar Dewantara, Mr. Tadjuddin serta
pembesar RI lainnya. Pada tanggal itu pula rombongan Panglima Besar Jenderal
Sudirman memasuki Desa Wonosari.
Rombongan
Jenderal Sudirman disambut kedatangannya oleh Sultan Hamengkubuwono IX dibawah
pimpinan Letkol Soeharto, Panglima Yogya, dan dua orang wartawan, yaitu Rosihan
Anwar dari Pedoman dan Frans Sumardjo dari Ipphos. Saat menerima rombongan
penjemput itu Panglima Besar Jenderal Sudirman berada di rumah lurah Wonosari.
Saat
itu beliau sedang mengenakan pakaian gerilya dengan ikat kepala hitam. Pada
esok harinya rombongan Pangeran Besar Jenderal Sudirman dibawa kembali ke
Yogyakarta. Saat itu beliau sedang menderita sakit dengan ditandu dan diiringi
oleh utusan dan pasukan beliau dibawa kembali ke Yogyakarta. Dalam kondisi
letih dan sakit beliau mengikuti upacara penyambutan resmi dengan mengenakan
baju khasnya yaitu pakaian gerilya.
Upacara
penyambutan resmi para pemimpin RI di Ibukota dilaksanakan dengan penuh khidmat
pada 10 Juli. Sebagai pimpinan inspektur upacara adalah Syafruddin
Prawiranegara, didampingi oleh Panglima
Besar Jenderal Sudirman dan para pimpin RI yang baru saja kembali dari pengasingan
Belanda. Pada 15 Juli 1949, untuk pertama kalinya diadakan sidang kabinet
pertama yang dipimpin oleh Moh. Hatta.
Pada
kesempatan itu Syafruddin Prawiranegara menyampaikan kepada Presiden Sukarno
tentang tindakan-tindakan yang dilakukan oleh PDRI selama delapan bulan di
Sumatera Barat. Pada kesempatan itu pula Syafruddin Prawiranegara secara resmi
menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden RI Sukarno. Dengan demikian maka
berakhirlah PDRI yang selama delapan bulan memperjuangkan dan mempertahankan
eksistensi RI.
Kota
Yogya pernah menjadi ibu kota RI 2 tahun Keamanan Jakarta sebagai ibukota RI
pada saat itu terancam. Belanda bahkan bisa menduduki Jakarta pada 29 september
1945 Kota Yogya resmi menjadi ibu kota republik indonesia pada tanggal 4
januari 1946.
2.2
Konferensi Inter Indonesia untuk Kebersamaan Bangsa
Konferensi
Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara negara Republik
Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan Belanda yang
tergabung dalam BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag). Karena simpati dari
negara-negara BFO ini maka pemimpin-pemimpin Republik Indonesia dapat
dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam terselenggaranya Konferensi
Inter-Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi dilaksanaklannya Konferensi
Inter-Indonesia. Soekarno menyebut konferensi ini sebagai “trace baru” bagi
arah perjuangan Indonesia. Tujuan Konferensi Inter-Indonesia bertujuan untuk
menyatukan pendapat antara RI dan BFO dalam rangka menghadapi Belanda dalam
KMB.
Belanda
tidak berhasil membentuk negara-negara bagian dari suatu negara federal. BFO.
Namun di antara para pemimpin BFO banyak yang sadar dan melakukan pendekatan
untuk bersatu kembali dalam upaya pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Hal ini terutama didorong oleh sukses yang diperoleh para pejuang dan TNI kita
dalam perang gerilya. Mereka sadar hanya akan dijadikan alat dan boneka bagi kekuasaan
Belanda. Oleh karena itu perlu dibentuk semacam front untuk menghadapi Belanda.
Sementara
itu, Kabinet Hatta meneruskan perjuangan diplomasi, yaitu menyelesaikan masalah
intern terlebih dahulu. Beberapa kali diadakan Konferensi Inter-Indonesia untuk
menghadapi usaha Van Mook dengan Negara bonekanya. Konferensi diadakan setelah
para pemimpin RI kembali ke Yogyakarta. Konferensi Inter-Indonesia I diadakan
di Yogyakarta pada tanggal 19 - 22 Juli 1949. Konferensi Inter-Indonesia I
dipimpin Mohammad Hatta. Konferensi Inter-Indonesia II diadakan di Jakarta pada
tanggal 30 Juli - 2 Agustus 1949. Konferensi Inter-Indonesia II dipimpin oleh
Sultan Hamid (Ketua BFO). Ternyata hasil Konferensi Inter-Indonesia itu
berhasil dengan baik. Walaupun untuk sementara pihak RI menyetujui terbentuknya
Negara RIS, tetapi bukan berarti pemerintah RIS tunduk kepada pemerintah Belanda.
Dalam konferensi itu diperlihatkan bahwa politik devide et impera Belanda untuk
memisahkan daerah-daerah di luar wilayah RI mengalami kegagalan.
Hasil
Konferensi Inter-Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta antara lain:
1. Negara
Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan demokrasi dan federalisme.
2. RIS
akan dikepalai oleh seorang presiden dibantu oleh menteri-menteri yang
bertanggung jawab kepada presiden.
3. RIS
akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari RI maupun Belanda.
4. Angkatan
Perang RIS adalah Angkatan Perang Nasional, dan Presiden RIS adalah Panglima
Tertinggi Angkatan Perang.
5. Pembentukan
Angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia sendiri.
Sidang kedua Konferensi
Inter Indonesia di selenggrakan di Gedung Pejambon, Jakarta. pada tanggal 30
Juli dengan keputusan:
1.
Bendera RIS adalah Sang Merah Putih
2.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3.
Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia
4. Presiden
RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian anggota MPRS diserahkan kepada
kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya enam belas negara. Kedua delegasi
juga setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional yang bertugas
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan Konferensi Meja
Bundar.
Dalam
konferensi selanjutnya juga diputuskan untuk membentuk Panitia Persiapan
Nasional yang anggotanya terdiri atas wakil-wakil RI dan BFO.Tugasnya
menyelenggarakan persiapan dan menciptakan suasana tertib sebelum dan sesudah
KMB.BFO juga mendukung tuntutan RI tentang penyerahan kedaulatan tanpa syarat,
tanpa ikatan politik maupun ekonomi.Pihak RI juga menyepakati bahwa Konstitusi
RIS akan dirancang pada saal KMB di Den Haag.
2.3
KMB dan Pengakuan Kedaulatan
A.
Konferensi
Meja Bundar
Konferensi
Meja Bundar (KMB) merupakan sebuah perundingan tindak lanjut dari
semuaperundingan yang telah ada. KMB dilaksanakan pada 23 Agustus 1949 sampai
2November 1949 di Den Haag, Belanda. KMB adalah sebuah titik terang bagi bangsa
Indonesia untuk memperolehpengakuan kedaulatan dari Belanda, menyelesaikan
sengketa antara Indonesia-Belanda,dan berusaha menjadi negara yang merdeka dari
para penjajah.
Indonesia
telah menetapkan delegasi yang mewakili KMB yakni Moh. Hatta,Moh. Roem, Mr.
Supomo, Dr. J. Leimena, Mr. Ali Sastroamijoyo, Dr. Sukiman, Ir. Juanda, Dr.
Sumitro Joyohadikusumo, Mr. Suyono Hadinoto, Mr. AK.Pringgodigdo, TB.
Simatupang, dan Mr. Sumardi. Sedangkan BFO diwakili oleh Sultan Hamid II dari
Pontianak. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen dan dari UNCI
sebagai mediator adalah Chritchley. Pada konferensi ini dibentuk tiga komisi,
yaitu Komisi Keuangan, Komisi Militer, dan Komisi Ketatanegaraan.
Tujuan
diadakan KMB adalah untuk :
1. Menyelesaikan
persengketaan antara Indonesia dan Belanda
2. untuk
mencapai kesepakatan antara para peserta tentang tata cara penyerahan yang
penuh dan tanpa syarat kepada Negara Indonesia Serikat, sesuai dengan ketentuan
Persetuiuan Renville.
Beberapa
masalah yang sulit dipecahkan dalam KMB terutama sebagai berikut.
1) Soal
Uni Indonesia-Belanda. Pihak Indonesia menghendaki agar sifatnya hanya kerja sama yang bebas tanpa adanya
organisasi permanen. Sedangkan Belanda
menghendaki kerja yang lebih luas dengan organisasi permanen (mengikat).
2) Soal
utang. Pihak Indonesia hanya mengakui utang-utang Hindia Belanda sampai
menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sementara Belanda menghendaki agar Indonesia
mengambil alih semua utang Hindia Belanda sampai penyerahan kedaulatan,
termasuk biaya perang kolonial melawan TNI.
Setelah
melalui pembahasan dan perdebatan, tanggal 2 November 1949 KMB dapat diakhiri.
Hasil-hasil keputusan dalam KMB antara lain sebagal berikut.
1) Belanda
mengakui keberadaan negara RIS (Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka
dan berdaulat. RIS terdiri dari RI dan 15 negara bagian/daerah yang pernah
dibentuk Belanda.
2) Masalah
Irian Barat akan diselesaikan setahun kemudian, setelah pengakuan kedaulatan.
3) Corak
pemerintahan RIS akan diatur dengan konstitusi yang dibuatoleh para delegasi RI
dan BFO selama KMB berlangsung
4) Akan
dibentuk Uni Indonesia Belanda yang bersifat lebih longgar , berdasarkan kerja
sama secara sukarela dan sederajat. Uni Indonesia Belanda ini disepakati oleh
Ratu Belanda.
5) RIS
harus membayar utang-utang Hindia Belanda sampai waktu pengakuan kedaulatan.
F.RIS akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan izin baru untuk
perusahaan-perusahaan Belanda.
6) Tentara
Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang TentaraKerajaan Hindia
Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa paraanggotanya yang
diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Konferensi
Meja Bundar memberikan dampak yang cukup menggembirakan bagibangsa Indonesia.
Karena sebagian besar hasil dari KMB berpihak pada bangsa Indonesia,sehingga
dampak positif pun diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dari
Konferensi Meja Bundar bagi Indonesia:
a. Belanda
mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik
dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.
c. Irian
Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk
negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945.
Selain
dampak positif, Indonesia juga memperoleh dampak negatif, yaitu
a. belum
diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Sehingga Indonesia masih
berusaha untuk memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat merupakan bagian dari
NKRI.
b. beban
utang Hindia Belanda yang harus ditanggung RIS sebesar 4,3 miliar gulden.
Setelah
KMB selesai dan menghasilkan berbagai keputusan dengan segala cara
pelaksanaannya, kemudian Moh. Hatta dan rombongan pada tanggal 7 November 1949
meninggalkan negeri Belanda. Rombongan kemudian singgah ke Kairo dan Rangoon. Tanggal
14 November 1949 Moh. Hatta tiba di
Maguwo, Yogyakarta disambut oleh Presiden.
B.
Pengakuan
Kedaulatan
Menindaklanjuti
kesepakatan pada KMB tanggal 23 Agustus 1949 – 2 November 1949, maka pada
tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penandatangan naskah pengakuan kedaulatan.
Di Belanda penandatanganan dilakukan di ruang Takhta Istana Kerajaan Belanda.
Naskah itu di tandatangani oleh Ratu Juliana, P. M. Dr. Willem Drees, dan
Menteri Seberang Lautan Mr. A. M. J. A. Sassen, dan Mohammad Hatta. Sementara
itu, di Indonesia, penandatanganan dilakukan di Jakarta, naskah ditandatangani
oleh Sultan Hamengkubuwono IX, dan A. H. J. Lovink (Wakil Tinggi Mahkota).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. 1. Peristiwa Yogya Kembali
29 Juni 1949 Belanda ditarik mundur dari Yogyakarta
dan TNI masuk ke Yogyakarta
3
kelompok pempinan RI yang ditunggu untuk kembali ke Yogya,Kelompok Bangka,Kelompok
PDRI dipimpin oleh Mr Syarifuddin Prawiranegara,Kelompo angkatan perang yang
dipimpin oelh Jendral Sudirman, Kelompok PDRI dan rombongan Panglima Besar
Jendral Sudirman kembali pada 10 Juli 1949, Kelompok Bangka kembali ke Yogya
pada tanggal 6 Juli 1949, Pada saat itu sidang dilakukan 2 kali.
2. 2. Konferensi inter
indonesia Pendekatan antara pimpinan Republik dan BFO yang semakin hangat
menjelang dilaksanakan Perundingan Roem - Royen dan kontak-kontak menjelang dan
setelah Pemerintah Republik kembali ke Yogya, telah membuka jalan untuk
mengadakan Konferensi Inter Indonesia. Delegasi RI ke Konferensi Inter
Indonesia, terbentuk 18 Juli 1949 dipimpin oleh Wakil Presiden/PM Moh. Hatta.
Sedangkan delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak dan Anak
Agung dari NIT. Konferensi Inter Indonesia bertujuan untuk menyatukan pendapat
antara RI dan BFO dalam rangka menghadapi Belanda dalam KMB.
3. 3. Konferensi Meja Bundar merupakan sebuah
pertemuan pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 di Den Haag yang merupakan
tindak lanjut dari perundingan Roem-rojen yang secara eksplisit hasilnya
menandakan bahwa Belanda mulai mengakui kedaulatan Indonesia. Sidang KMB ini
antara lain membahas mengenai pembentukan panitia pusat yang anggotanya dari
pihak Indonesia terdiri dari Mohammad Hatta, Moh Roem, A.K Pringgodigdo, Sultan
Hamid II, Ide Anak Agung, dan Soeparmo sementara dari pihak Belanda sendiri
anggotanya ialah Van Maarseven, D.U Stikker, Van Rojen dan Van der Vlak.
3.2
saran
Dengan
selesainya materi dari makalah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa betapa
bangsa Indonesia benar - benar suatu bangsa yang tidak mau terjual harga
dirinya. Walaupun mungkin Indonesia bisa maju jika diperintah oleh
bangsa-bangsa asing. Tapi kita memilih ingin berdikari apapun jadinya,
lebih baik mati daripada di jajah. Saran dari materi makalah ini, kita sebagai
penerus bangsa Indonesia harus meneruskan cita – cita para pahlawan untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sebutkan semboyan gerakan (3A
BalasHapusSebutkan ada tiga kelompok pimpinan ( Ri )
Sebutkan perang yang dipimpin oleh